Mentri Pendidikan |
Wakil Jaksa Agung Darmono (kiri) mengunjungi kantin kejujuran di SDN IKIP Makassar, Sulsel (14/5). ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
TEMPO Interaktif, Makassar – Wakil Jaksa Agung Darmono menilai keberadaan kantin kejujuran di sekolah tingkat dasar dan tingkat menengah dimaksudkan untuk memangkas perilaku korupsi sejak dini. Karena para murid dan siswa diarahkan senantiasa menanamkan sikap jujur dalam dirinya.
“Jika sudah besar nanti baru pola pikir dan tingkah lakunya mau diubah, mungkin agak sulit,” kata Darmono usai berkunjung ke Kantin Kejujuran Seroja, SD Kompleks IKIP Makassar, siang tadi.
Darmono mengatakan, praktik korupsi terjadi jika sejak awal tidak diperkenalkan dengan pola hidup yang tidak bagus. Itu sebabnya, pola hidup jujur bagi murid dan siswa di sekolah dilakukan dari hal-hal yang sederhana, seperti transaksi jajanan kecil. “Siswa terbiasa memenuhi kebutuhan tanpa niat untuk curang. Di sinilah fungsinya kantin jujur,” katanya.
Pengelola Kantin Kejujuran Seroja, Ferlina Istiastuti mengatakan persentase kejujuran murid SD IKIP yang masuk ke kantin antara 97-100 persen setiap hari. Menurut dia, murid sudah terbiasa berbelanja meski kerap kali salah hitung baik dalam pengembalian sisa uang maupun pembayaran harga jajanan. “Saya anggap bukan berarti mereka tidak jujur, tapi memang hitungan mereka kadang tidak benar,” katanya.
Kantin Seroja berdiri sejak Februari 2010. Atas bantuan salah satu perusahaan milik negara, kantin tersebut dibangun dengan modal awal Rp 2 juta rupiah. Kejujuran murid memang diuji. Di kantin berukuran 6×5 meter persegi itu disiapkan aneka penganan ringan dan jajanan kecil. Setiap jenis jajanan dilengkapi dengan jumlah harga.
Murid tinggal mengambil barang dan membayar. Terdapat tiga kotak yang disiapkan untuk menampung pembayaran jajanan. Hanya sesekali aktivitas jual beli ini dipantau para pengelola.”Awal-awalnya memang pengelolaan sulit karena murid belum terbiasa. Lama berselang mereka mulai terbiasa,” kata Ferlina.
Salah seorang murid bernama Auliya Afif, 11 tahun mengatakan dirinya senang dengan bentuk kantin kejujuran. Selain bisa mandiri, dia juga bisa mengatur pengeluaran uangnya. “Kami selalu membayar walau tidak ada pendamping. Tidak sulit mengetahui harga karena sudah ada yang tertulis,” kata murid kelas enam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar